Pantang Menyerah Melalui Aikido
Bagaimana rasanya jika terjatuh berkali-kali? Pasti sakit sekali. Dalam seni bela diri aikido, tak mengenal rasa sakit tatkala terjatuh dan kata menyerah. Olahraga ini disarankan untuk kalangan muda.
Dr.Wayan Nurita, S.S, S.H, M.Si salah satu pelatih yang mengembangkan aikido di Bali menjelaskan, bela diri ini sangat baik dipelajari anak-anak muda karena mengajarkan semangat pantang menyerah.
Meski demikian, Wayan mengatakan, aikido bisa dipelajari oleh semua umur. Ia juga memiliki murid termuda berusia lima tahun. “Pada prinsipnya, berlatih usia itu bukan halangan untuk mempelajari aikido. Bisa juga dimulai pada saat usia dewasa. Yang penting selama masih ada kemauan, bisa mengikuti latihan dan bergerak, tidak masalah,” tandas Wayan.
Ketika aikido mulai diperkenalkan di Bali pada 1995, Wayan masih menekuni karate, olah raga yang juga dikenal berasal dari Negeri Sakura. Namun, ketika ia mulai tertarik dengan prinsip yang diajarkan aikido, ia pun fokus menekuni seni beladiri kuno tersebut.
“Mengapa saya memilih aikido, karena apa yang diajarkan sangat baik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti bagaimana kita menerima pendapat orang lain, bagaimana dalam keseharian kita bisa hidup damai dan kekeluargaan, semangat pantang menyerah dan tidak boleh putus asa. Hal ini membuat saya harus selalu berinovasi secara akademis, sehingga saya harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” jelas Wayan.
Bahkan, dosen pengajar Bahasa Jepang di STIBA Saraswati, Denpasar ini berhasil meraih menyelesaikan Program Studi Doktor (S3) Kajian Budaya di FIB Universitas Udayana setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul “Posrealitas dalam Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali”.
Ia mengakui, aikido memberinya inspirasi untuk menyelesaikan studi S3 pada 2017 lalu. “Dalam bela diri ini, kita diajarkan bagaimana merasakan posisi terjatuh. Namun kita harus bisa bangkit. Kita diajarkan untuk bisa bangkit berkali-kali saat terjatuh berkali-kali. Kita diajarkan bagaimana tidak merasakan sakit saat terjatuh,” jelas Wayan yang kerap mengikuti berbagai seminar aikido di Tokyo.
Sejarah Aikido
Aikido merupakan salah satu seni bela diri tradisional dari Negeri Sakura. Dikutip dari laman institutaikidoindonesia.com, akar ilmu aikido terutama berasal dari tradisi bela diri kuno yang turun-temurun dan hanya dimiliki keluarga istana yaitu “Daito Ryu Aiki-Jujutsu”.
Aikido pertama kali diperkenalkan secara luas oleh Ueshiba Morihei (1883-1969) yang oleh para praktisi aikido dijuluki sebagai 'O Sensei'. Dia menyebarkan ke seluruh dunia bahwa aikido bukan teknik untuk berkelahi atau mengalahkan lawan tapi teknik untuk membuat dunia damai dan seluruh manusia di bumi menjadi satu keluarga.
Di Indonesia sendiri, aikido diperkenalkan oleh Shioda Gozo Shihan (pendiri aliran Yoshinkan Aikido) pada masa sebelum Perang Dunia II untuk kalangan warga Jepang di Pontianak, Makassar dan Surabaya.
Kemudian pada 1968, salah seorang murid Master Tomiki Kenji yang bernama Shimizu Toshio mensosialisasikan aikido aliran Tomiki kepada masyarakat di Surabaya di dojo judo, G.W Pantouw .
Dari sini, aikido sedikit demi sedikit mulai dikenal masyarakat luas Indonesia. Pada 1972, Prawira Widjaya dan Kochi Eiichi mensosialiasikan aikido aliran Aikikai. Prawira Widjaya pernah mengikuti pelatihan aikido aliran Tomiki dan juga pernah mendapat bimbingan secara tidak langsung dari pencipta aikido, Ueshiba Morihei selama setahun.
Seiring berjalannya waktu, aikido makin dikenal di Indonesia dan pada 25 April 1975, Prawira Widjaya mendirikan organisasi aikido yaitu Indonesia Aikikai. Pada 1984, aikido di Indonesia secara organisasi telah diorganisir oleh Yayasan Indonesia Aikikai (YIA).
Tingkatan Aikido
Dalam aikido juga mengenal istilah kenaikan tingkat seperti karate, judo atau seni bela diri lainnya. Tingkat tertinggi dalam International Aikido Federation (IAF) saat ini adalah Dan 9. Namun ada beberapa ahli aikido dengan tingkatan Dan 10 karena diberikan oleh ahlinya langsung, yaitu Ueshiba Morihei sebelum dia wafat.
Tingkatan dalam aikido terdiri dari dua bagian yaitu Kyu (mudansha I yukyusha) dan Dan (yudansha). Untuk tingkat Kyu 5 sampai Kyu 4 (sabuk putih),dan Kyu 3 sampai Kyu 1 (sabuk coklat). Sementara Dan 1 sampai Dan 10 menggunakan sabuk hitam.
Pada umumnya, aikido tidak menggunakan tendangan kaki, namun dalam hal-hal sangat khusus, teknik kaki (ashi waza) juga diajarkan. Memiliki 4 pola dasar latihan yaitu tachi waza (teknik berdiri melawan berdiri), suwari waza (teknik duduk melawan duduk), hanni handachi (teknik duduk melawan berdiri), dan kaeshi waza (teknik dengan membuka serangan terlebih dahulu). Dalam seni bela diri ini terdapat teknik nage waza (melempar/membanting) dan teknik katame waza (kuncian).***