Mencengangkan, Pelecehan Seksual Marak di Industri Seni
Pelecehan seksual di Jepang bukan hal baru. Namun, hasil survei belum lama ini menunjukkan sekitar 80% pelaku industri hiburan mengalami pelecehan seksual. Sungguh memprihatinkan.
Survei yang dirilis ke publik pada 24 Mar. dilakukan oleh sekelompok seniman yang tergabung dalam Hyogen-no-genba-chosa-dan pada Desember 2020 hingga Januari 2021 terhadap 1.449 responden. Hasilnya, 1.195 orang mengaku pernah mengalami pelecehan seksual tertentu dalam 10 tahun terakhir.
Sementara 1.298 orang atau sekitar 90% responden mengatakan mereka pernah menjadi korban pelecehan kekuasaan (power harassment) yaitu pelecehan yang dilakukan dengan menggunakan kekuasaan (jabatan). Sebanyak 1.161 atau 80%, mengalami pelecehan seksual. Ada 1.042 responden yang mengaku pernah mengalami pelecehan gender.
Dari 1.449 responden tersebut, 62% adalah perempuan dan 25% adalah laki-laki, sedangkan sisanya menolak untuk disebutkan namanya.
Sekitar 28% responden bekerja di bidang seni rupa, 16% bekerja di teater dan seni pertunjukan, dan 13% di industri film dan film.
“Ada banyak sekali kasus pelecehan di dunia kreatif, tapi sulit bagi (korban) untuk angkat bicara, dan kasusnya cenderung disembunyikan,” kata Homma Eri dari Kyun-Chome, artis yang tergabung dalam grup tersebut. .
Homma mengatakan survei tersebut akan membantu memvisualisasikan kasus pelecehan dan mengubah struktur industri. Grup ini mengumpulkan dan mempublikasikan banyak cerita tentang artis yang menderita pelecehan di tempat kerja.
Seorang seniman manga wanita berusia 30-an menyatakan, anggota editorial yang menerbitkan komik bertema dewasa bertanya apakah ia "masih perawan."
Seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi seni berusia 20-an mengatakan, dosennya pernah bertanya setengah bercanda, "Apakah Anda baru atau bekas?" Hal ini mengacu pada pengalaman seksualnya, apakah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak.
Mahasiswi seni lainnya, juga berusia 20-an, mengatakan seorang profesor melihat karya seninya bertema di sekitar tubuh telanjang dan bertanya padanya, di depan kelas, “Apakah Anda modelnya? Apakah Anda terlihat seperti ini saat telanjang?”
Seorang produser mengatakan kepada artis wanita, "Saya melakukan pesta dan berhubungan seks dengan aktor di sisi panggung. Seks diperlukan untuk menciptakan sebuah karya yang hebat," kata wanita itu.
Bukan hanya wanita, artis pria juga sering mengalami pelecehan fisik dan verbal di tempat kerja. Seorang pekerja industri film pria berusia 30-an mengatakan ia dipukuli dan ditendang di tempat kerja. Insiden itu direkam dan kemudian dirilis sebagai film.
Seorang seniman manga berusia 30-an mengatakan seorang editor berulang kali mengatakan kepadanya bahwa karyanya buruk karena ia memiliki "selera mode yang buruk" dan "sangat culun."
Lebih dari setengah responden survei adalah pekerja lepas. Beberapa mengatakan mereka dipaksa untuk menerima pekerjaan berupah rendah dan melakukan beban kerja tanpa menandatangani kontrak.

Seorang pria berusia 30-an yang bekerja di rumah produksi televisi mengatakan ia dulu bekerja selama 18 jam sehari dan hanya bisa pulang seminggu sekali atau bahkan kurang. Namun, penghasilan bulanannya hanya puluhan ribu yen karena masih berstatus magang.
Pria lain berusia 30-an di industri film mengatakan ia terikat untuk bekerja selama lebih dari tiga bulan tanpa bayaran. Ia mengatakan staf sering meneriaki saya dan melontarkan hinaan yang menyangkal integritas saya sebagai manusia.
Korban pelecehan ini tidak berani melawan karena posisi tawarnya rendah. Seorang wanita berusia 50-an, bekerja di sebuah fasilitas budaya, yang menolak mencium direktur di ruang tertutup menerima penurunan pangkat dengan alasan yang dicari-cari.
Kelompok Hyogen-no-genba-chosa-dan menyatakan, pria yang sebagian besar memegang posisi senior di dunia seni, seperti mereka yang bertugas meninjau dan mengevaluasi pekerjaan dan bakat, telah mendorong pelecehan yang merajalela di seluruh industri.
Kurangnya perlindungan hukum bagi pekerja lepas juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pelecehan. Pekerja lepas, karena bukan karyawan tetap, sering menerima upah yang lebih kecil. Juga tak mendapatkan tunjangan dan fasilitas lain sebagaimana halnya karyawan tetap.
Di industri hiburan, yang sebagian bekerja berdasarkan proyek tertentu, pekerja lepas adalah hal umum. Hal ini dilakukan untuk menghemat pengeluaran sekaligus mengharapkan keuntungan maksimal.
Kasahara Emiko, seorang seniman kontemporer yang meluncurkan kelompok advokasi, mengatakan bahwa pembentukan kelompok tersebut merupakan langkah penting untuk membuat lebih banyak orang sadar akan pelecehan dan lebih peduli tentang representasi gender yang setara.
Ia akan terus menyelidiki kasus pelecehan di industri ini selama lima tahun ke depan dan menyerukan perbaikan dalam representasi gender dan perlindungan hukum bagi pekerja lepas.
Nah, Anda yang ingin terjun ke dunia hiburan di Jepang, bisa lebih berhati-hati. Pastikan Anda menerima tawaran pekerjaan yang memberikan perlindungan hukum memadai. Bukan soal upah semata-mata. ***