Memenangi Perang Bersenjatakan Ramen
Sushi dan sashimi boleh jadi makanan Jepang paling dikenal di dunia. Tetapi hanya ramen yang diberi gelar makanan kebangsaan .
Semangkuk ramen bisa jadi ulasan tersendiri di buku majalah atau acara TV di Jepang.
Ramen bukanlah sekedar mie rebus bagi orang Jepang. Ada sesuatu yang besar di dalamnya. Itu terlihat dari antrean panjang menunggu giliran makan di warung ramen, acara TV, majalah dan buku panduan serta museum yang khusus didedikasikan untuk ramen.
Obrolan soal ramen pun bukan sekedar bincang-bincang di warung kopi. Kajiannya sudah masuk ke tataran akademik. Profesor sejarah dari New York University, George Solt menulis disertasi di University of California, San Diego berjudul Taking Ramen Seriously: Food, Labor and Everyda Life in Modern Japan.
Pria yang menghabiskan 10 tahun pertama hidupnya di Tokyo ini juga menulis artikel akademik soal ramen di International Journal of Asia-Pacific Studies, Shifting Perception of Instant Ramen in Japan during the High-Growth Era, 1958-1973. Sedangkan karyanya yang dibaca luas adalah buku yang berisi disertasi doktoralnya, The Untold History of Ramen : How Political Crisis in Japan Spawned a Global Food Craze.
Solt mencatat keistimewaan ramen berawal pada adopsi makanan dari para pedagang China yang bermukim di Yokohama di akhir abad ke-19. Lalu di 1920-an ramen menjadi sesuai dengan spirit gaya hidup urban yang mulai menjangkiti seluruh negeri mulai dari Sapporo di bagian utara hingga Hakata di bagian selatan.Mie rebus yang murah, penuh gizi, cepat dibuat dan mengenyangkan menjadi pas dikonsumsi masyarakat kebanyakan.
Senjata Perang Dingin
Budaya ramen berkembang di 1960-an ketika sektor industri dan konstruksi berkembang pesat. Pada dekade 80-an ramen menjadi perhatian nasional ketika banyak acara TV, majalah dan buku panduan berlomba-lomba meliput segala hal menarik tentang mie rebus populer itu. Dibukanya museum ramen di Yokohama pada 1994 meneguhkan sup mie ini sebagai hidangan ikonik nasional dan mendapat gelar kokuminshoku (hidangan kebangsaan).
Menurut Solt, ramen termasuk makanan yang sangat terdokumentasi dengan baik. Untuk risetnya, ia membaca segala sesuatu tentang ramen, mulai dari novel grafis hingga dokumen milik pemerintah AS setelah perang.
Dari riset itu ia menemukan sejumlah faktor geopolitik dan ekonomi ikut mendongkrak posisi ramen dari makanan rakyat kebanyakan menjadi hidangan mendunia. Faktor itu meliputi masa reindustrialisasi Jepang di masa Perang Dingin dan redefinisi identitas nasional selama 20 tahun stagnasi ekonomi.
Menariknya, hanya bersenjatakan ramen Amerika Serikat memenangi Perang Dingin. Solt mengatakan setelah Perang Pasifik, AS mengimpor gandum untuk Jepang sebagai langkah untuk memerangi komunisme. “Semakin menderita kekurangan makanan, semakin cenderung masyarakat berpihak ke partai komunis,” ujar ayah tiga anak ini. Dengan menyediakan gandum yang dapat diolah menjadi ramen, Amerika berhasil mengusir ideologi komunisme dari Kepulauan Jepang.
Ramen tonkotsu berkuah kental.
Setiap daerah di Jepang membanggakan ramen khas masing-masing. Ramen Hakata yang terkenal dengan kuah kental tonkotsu nan gurih menjadi terkenal di seluruh dunia karena jaringan restoran ramen asal pulau Kyushu ini membuka banyak cabang di seluruh dunia. Kita bisa menemukan ramen jenis ini di beberapa tempat di Jakarta.
Sayangnya, restoran ramen di Jepang yang termasuk terpukul paling parah saat pandemi Covid-19. Di negeri asalnya, ramen kebanyakan merupakan usaha kecil menengah. Mereka membuka usaha di sebuah tempat yang tak terlalu luas dengan tempat duduk terbatas.
Kemudian ramen termasuk makanan yang harus segera disantap ketika disajikan. Jika dibungkus untuk diantar atau dibawa pulang, mie menjadi lembek karena terlalu lama terendam kuah. Di masa pandemi ini sebagian besar masyarakat masih belum berani makan di tempat ramen.
Pilihan lainnya, kuah dan mie dibungkus terpisah. Namun bagi warga Tokyo dan kota besar di Jepang yang sebagian besar naik kendaraan umum hal itu tidak praktis. Menenteng kotak besar naik kendaraan umum bagi mereka berpotensi bikin penumpang angkutan umum lain jadi terganggu.
Semoga pandemi ini cepat berlalu dan bisnis ramen kembali meroket.***