'Melongok' Keanggunan Kimono di Masa Lampau
Sebuah pameran langka akan digelar 15 Juli-28 September 2021 di kawasan Shibuya. Pameran akan menampilkan sejarah 1.500 tahun pakaian tradisional wanita Jepang dengan fokus teknik pewarnaan kimono.
Sejarah pakaian tradisional wanita Jepang memiliki satu bagian penting yaitu kimono. Pakaian seperti jubah dalam bentuk yang elegan ini telah banyak memesona banyak orang. Dibutuhkan tangan-tangan trampil untuk menjahit sebuah kimono yang indah.
Asosiasi Budaya Pewarnaan dan Tenun Kyoto akan berkolaborasi dengan Museum Kostum Bunka Gakuen yang berbasis di Shibuya untuk menggelar pameran ini.
Pameran ini akan menyoroti pakaian wanita dan teknik pewarnaan kain dari periode Kofun, sekitar tahun 300M-538M, hingga era kontemporer. Mereka yang menyukai sejarah dan penggemar kimono, pasti akan mendapat banyak pengetahuan dari pameran ini.
Pameran akan menampilkan sejarah pakaian wanita pada Periode Nara (710M-794M), Periode Muromachi (1336M-1573M), dan Periode Edo (1603M-1867M).
Pameran akan mengambil lokasi di Museum Kostum Bunka Gakuen. Di lantai dua, akan dipamerkan pakaian yang dibuat ulang dari Periode Kofun hingga Periode Meiji (1868M-1912M).Ditempatkan pada manekin sehingga pengunjung bisa mengamati perubahan pakaian wanita dari jaman ke jaman.
Di lantai pertama, pengunjung pameran dapat mengamati kimono dari koleksi Museum Kostum Bunka Gakuen dengan potongan-potongan asli dari Periode Meiji hingga kimono yang dibuat dalam beberapa tahun terakhir.
Kimono di lantai pertama akan dipajang di rak yang cantik sehingga menambah elegan kimono. Meski pameran ini tidak sepenuhnya bisa membawa pengunjung bernostalgia ke masa lalu, namun para pengunjung bisa menikmati tren pakaian selama berabad-abad yang ada.
Pameran ini memiliki arti penting bagi Asosiasi Budaya Pewarnaan dan Tenun Kyoto. Sejak 1930 hingga 1950-an, asosiasi yang sama mengadakan parade menampilkan pakaian tradisional wanita yang dibuat dengan berbagai teknik pewarnaan kimono.
Pameran bertajuk Senshoku Matsuri atau “Festival Mewarnai dan Menenun” ini berharap dapat menghidupkan kembali apa yang dulu pernah dilakukan untuk menghargai kimono.
Lokasi pameran berada di Tokyo-to, Shibuya-ku, Yoyogi 3-22-7 Shinjuku Bunka Quint Building, lantai 1. Harga tiket hanya 500 yen untuk kalangan umum dan 300 yen untuk kalangan pelajar SMA dan universitas. Sedang untuk kalangan siswa SMP dan SD hanya membayar 200 yen. Sementara bagi kalangan kaum difable tidak perlu membayar tiket alias gratis.
Karena pameran digelar dalam situasi pandemi Covid-19, pengunjung tetap diminta mentaati protokol kesehatan dan dilarang berkerumun.
Selain itu, pameran ini juga akan menawarkan seri kuliah dan lokakarya dalam bahasa Jepang tentang teknik menjahit dan mewarnai kimono, yang dapat didaftarkan langsung di tempat pameran.
Mengenal Kimono
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang berbentuk seperti huruf T, mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Pada umumnya, wanita mengenakan kimono berbentuk terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan.
Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang dan diikat di bagian punggung. Alas kaki yang digunakan saat memakai kimono adalah zori atau geta.
Secara tradisional, saat ini masyarakat Jepang mengenakan kimono hanya pada acara-acara istimewa,seperti acara pernikahan, upacara minum teh dan acara formal lainnya. Tidak setiap hari dikenakan seperti jaman dulu.
Wanita yang belum menikah mengenakan kimono jenis furisode.Furisode ini juga dikenakan wanita yang genap berusia 20 tahun untuk menghadiri Seijin Shiki. Ciri khas furisode adalah lengannya lebar hampir menyentuh lantai.
Sejak kanak-kanak, masyarakat Jepang juga sudah mengajarkan memakai kimono, yaitu saat menghadiri perayaan Shich-Go-San.
Namun adakalanya pekerja di bidang industri jasa dan pariwisata seperti pelayan restoran, pegawai hotel dan pramugari mengenakan kimono dengan tujuan memperkenalkan pakaian tradisional Jepang.***