Malu Bertanya tak Selalu Tersesat
Sejak kecil kita dibiasakan untuk bertanya saat mencari arah. Itu mungkin sebabnya ketrampilan “membaca” peta menjadi sesuatu yang tidak penting di Tanah Air.
Warga kota besar di Jepang selalu terlihat sibuk sehingga kemungkinan tak bisa ditanyai soal arah.
Peribahasa Malu Bertanya Sesat di Jalan lekat dalam ingatan sejak sekolah di bangku SD. Peribahasa ini memiliki makna jika segan bertanya, kita akan rugi sendiri karena persoalan yang dihadapi tidak ditemukan jalan keluarnya.
Makna peribahasa ini juga berlaku saat kita menjelajah daerah baru. Bertanya ke warga setempat sudah pasti dengan cepat akan membawa kita ke lokasi tujuan.
Tetapi tampaknya makna peribahasa ini hanya ampuh saat kita jalan-jalan di Indonesia. Mungkin masih terasa khasiatnya ketika bepergian ke negara-negara Asia yang penduduknya ramah dan senang membantu.
Mungkin bertanya ke warga setempat juga tak berlaku ketika kita menjelajah kota besar seperti Tokyo. Warga di ibu kota di Jepang itu dikenal sangat sibuk. Mereka berjalan sangat cepat tak mau terlambat pergi ke kantor. Kemungkinan kecil mereka mau berhenti dan menjawab pertanyaan turis yang kesasar di suatu tempat.
Bertahun-tahun yang lalu saya pernah membaca buku panduan wisata di Jepang. Salah satu tip berwisata di Tokyo adalah bertanyalah pada wanita yang bukan orang kantoran Mereka tidak sibuk dan kemungkinan besar mereka mau membantu menjawab pertanyaan kita.
Pengalaman pribadi ternyata berkebalikan. Sekitar tujuh tahun lalu saya jalan-jalan di Ginza dan kebingungan mencari stasiun subway untuk pergi ke Tokyo Tower. Lantas saya mencoba bertanya ke seorang ibu separuh baya yang sedang memarkir sepedanya. Ia menolak menjawab. Kemungkinan mereka takut berbicara dengan orang asing karena merasa tak mengerti bahasa Inggris.
Tetapi ketika sedang mencari arah sebuah restoran yakiniku halal di dekat Stasiun Shibuya, seorang wanita muda yang tampaknya karyawan dengan sigap membantu dengan mencari arah lewat ponsel pintarnya. Lalu dengan baik hati ia menemani berjalan bersama sampai restoran itu terlihat dari kejauhan.
Tujuh tahun lalu itu saya masih fakir kuota internet. Untuk pergi ke suatu tempat di Tokyo, saya mencari informasinya memakai wifi hotel. Begitu keluar stasiun, kita harus jalan kaki beberapa ratus meter ke lokasi tujuan. Di sinilah biasanya terjadi kebingungan bila tanpa kuota internet sehingga butuh bantuan warga setempat.
Di luar benua Asia, peribahasa Malu Bertanya Sesat di Jalan itu sepertinya semakin kehilangan pesonanya. Di kota besar Eropa masyarakatnya terlalu sibuk untuk ditanyai. Apalagi di jaman ponsel pintar ini. Mereka mungkin akan keheranan melihat kita masih bertanya soal arah ketika peta dan informasi angkutan umum dengan mudah bisa dilihat di ponsel.
Seorang teman pernah menceritakan pengalamannya jalan-jalan di sebuah mal di Eropa. Ia bertanya kepada petugas keamanan lokasi toilet di mal tersebut. Petugas itu memang memberikan arah tetapi ternyata tujuan arah itu adalah sebuah denah mal tersebut. Teman saya harus baca peta untuk menemukan toilet.
Peta atau GPS adalah satu-satunya solusi yang diperlukan saat bepergian naik mobil ke pedesaan di Eropa. Pasalnya, jalan raya di tengah ladang pohon zaitun tidak ada mamang-mamang yang nongkrong di pinggir jalan untuk ditanyai. Boleh dibilang di sepanjang perjalanan di pedesaan di wilayah Tuscany yang indah dengan langit biru dan ladang pertanian itu tidak ada orang sama sekali di pinggir jalan.
Tak heran teman-teman dari Eropa terlihat sangat cepat membaca peta ketika ingin pergi ke suatu tempat. Dengan cepat mereka paham arah mata angin sehingga tak mudah kesasar.
Kelengkapan peta juga selalu ada di majalah-majalah berbahasa Jepang. Di kantor ada majalah panduan untuk ekspat Jepang di Jakarta. Liputan tentang toko atau restoran di majalah itu selalu dilengkapi dengan peta untuk menuju ke tempat itu. Untuk majalah terbitan Tokyo, bahkan ada keterangan pintu keluar stasiun yang harus diambil.
Sementara di media kita liputan tentang tempat baru hanya diberi alamat dan no telepon saja. Jika kesasar, kita hanya perlu telepon atau tanya orang di jalan.***