Dunia Keajaiban Doraemon
Doraemon adalah nama yang akrab di telinga di Indonesia. Karakter ternama dari Jepang ini mengisi memori indah masa kecil kita.
Nobita dan Doraemon menunggang dinosaurus di Museum Fujiko F Fujio.
Berkunjung ke Fujiko F. Fujio Museum itu bak menghidupkan kembali memori masa kecil yang indah itu. Semua hal tentang Doraemon, Nobita dan kawan-kawan ada di situ.
Museum baru buka pukul 10:00 tapi pecinta Doraemon sudah bersiap di pintu masuk museum yang terletak di kawasan kota Kawasaki, kurang lebih 1 jam 30 menit naik kereta dari Tokyo.
Bus Kawasaki City ini tidak hanya dicat dengan gambar-gambar Doraemon. Dilengkapi kursi biru Doraemon, tombol bel pun bergambar kucing biru itu. Ongkos bus dibayar memakai kartu Pasmo atau Suica.
Museum ini menampilkan meja kerja asli sang profesor yang “melahirkan” Doraemon, mangaka Fujiko F. Fujio. “Ia selalu mendengarkan musik klasik saat berkarya,” ujar bunyi audio pemandu. Sebuah tape berwarna hitam terletak di meja dekat tempatnya menggoreskan pensil menghasilkan karya-karya manga yang mendunia itu.
Untuk memahami isi museum, disediakan peralatan audio yang didengarkan dengan menempelkannya di telinga. Tersedia keterangan audio berbahasa Inggris untuk turis asing. Di setiap display museum tersedia keterangan angka yang harus dipencet untuk mendengarkan keterangan dari peralatan audio itu. “Jika Anda mendengarkan semua keterangan di museum ini, total Anda membutuhkan waktu dua jam untuk mengelilingi semua koleksi museum,” kata staf museum.
Meja sang profesor ini dipenuhi dengan aneka buku dan ensiklopedia. Juga ada figurin dinosaurus yang cukup banyak muncul di kisah petualangan Doraemon dan Nobita. Display buku itu dibuat kesan memenuhi hingga langit-langit yang tinggi. Ini untuk menggambarkan kecintaan sang profesor pada ilmu pengetahuan.
Star Wars pun sangat menginspirasi sang sensei. Tak heran, banyak karyanya yang menggambarkan perjumpaan dengan makhluk angkasa luar.
Karya-karya master piece Fujiko F. Fujio yang asli pun dipajang di museum ini. Menurut pemandu, karya yang dipajang diganti secara berkala sesuai dengan musim. Misalnya di Oktober karya yang dipilih adalah yang bernuansa oranye sesuai dengan perayaan Halloween.
Koleksi lengkap buku komik Doraemon pun tersimpan rapi di tempat ini. Coro Coro Komik dari terbitan pertama hingga terakhir dipajang dari langit-langit hingga lantai. Koleksi-koleksi komik berharga itu juga disimpan dan bisa diakses dalam versi digital di komputer tablet.
Tak semata pameran karya asli, masih banyak keriaan untuk anak-anak dan orang dewasa di tempat ini. Salah satunya adalah sumur yang terinspirasi kisah anak-anak Pemotong Kayu yang Jujur. Di sisi sumur itu tertulis dalam bahasa Jepang untuk menekan tuas berulang kali. Dan perlahan dari dalam sumur muncul Giant alias Takeshi yang lebih tampan.
Takeshi yang tampan muncul dari sumur.
“Suatu ketika kapak si pemotong kayu hilang di sungai. Dewa yang jatuh kasihan muncul dari sungai membawa kapak emas dan bertanya apakah itu kapaknya yang hilang. Si pemotong kayu menjawab bukan. Ia tetap jujur ketika disodori kapak perak. Di kisah Doraemon, suatu ketika Giant tercebur ke sumur dan Nobita disodori Giant yang lebih tampan. Tetapi Nobita jujur dengan memilih Giant yang asli,” kata staf museum.
Keriaan lainnya ada di bagian atap museum. Di sini pengunjung museum seolah masuk ke dunia manga Nobita. Ada tumpukan pipa tempat Nobita bermain bersama teman-temannya. Ada pula adegan Nobita menunggang dinosaurus bersama Doraemon.
Setelah bermain-main bersama Doraemon di atap terbuka, anak-anak bisa menghabiskan waktu membaca manga di ruang baca. Sementara anak usia di bawah enam yang belum bisa membaca dapat bermain di ruangan khusus untuk mereka.
Lalu masih ada ruang untuk menonton anime singkat Doraemon. Setelah itu kenangan berkunjung ke museum bersama teman dapat diabadikan di mesin foto purikura. Waktu sehari terasa kurang untuk menikmati semuanya.***