Cara Orang Jepang Menyatakan Perasaannya
Tak ada yang lebih fenomenal dibandingkan bento bekal makan siang di Jepang. Kotak makan siang ini ternyata jadi sarana komunikasi yang mendalam buat mereka.
Bento adalah tanda cinta ibu buat anaknya.
Ibu-ibu di Jepang tak mau bento kreasinya tampak biasa-biasa saja. Anak yang bawa bento dengan penampakan biasa-biasa saja bisa merasa sedih ketika melihat bento milik anak lain yang begitu indah. Bisa-bisa orang lain mengira ibu si anak kurang kreatif atau kurang memberi perhatian pada anaknya. Itu sebabnya ada tekanan besar untuk membuat bento yang seindah dan sekreatif mungkin.
Setiap hari bento yang dikreasikan untuk dibawa harus berbeda, tak pernah diulang. Bisa dibayangkan betapa pusingnya jadi ibu-ibu di Jepang.
Setiap pagi selama bertahun-tahun menyiapkan bento buat anaknya, tak heran ibu-ibu di Jepang menjadi semakin ahli dan kreatif dalam membuat bento karakter yang populer disebut charaben. Selesai membuat, bento itu difoto lalu diunggah ke media sosial atau blog. Dari blog lalu diangkat menjadi buku charaben. Buku yang populer membuat blog semakin banyak dikunjungi warganet.
Ujungnya bisa ditebak, si ibu pun mendapat endorse beragam produk.
Bento secara harafiah berarti makanan yang disajikan praktis dalam kotak makan. “Ketika bento itu dihias menyerupai karakter tertentu, bento itu disebut charaben atau kyaraben,” kata praktisi kyaraben, Pristina Gosana.
Menurut ibu yang belajar membuat charaben secara otodidak ini, titik berat bento karakter itu pada lauk sehat yang disajikan di dalamnya. “Jadi bukan fokus pada hiasannya saja,” ujar wanita yang sering memberikan workshop pembuatan charaben di Jakarta dan sekitarnya ini.
Dengan begitu, ibu seharusnya memasak banyak variasi makanan dan memperkenalkan banyak jenis dan tekstur makanan pada anak sejak usia dini. “Ini seharusnya yang jadi dasar utama pembuatan bento karakter. Hal ini kemudian dapat dikembangkan tidak hanya melulu pada kreasi di kotak makanan tapi juga di atas piring saat anak-anak menyantap makan malam,” kata penulis buku Kyaraben: Bento Kreatif ini.
Sesuai aturan baku ilmu gizi, setiap bento harus ada karbohidrat berupa nasi yang dapat diganti dengan pasta atau kentang. Kemudian harus ada daging atau sumber protein dan sayuran serta buah. Bahan-bahan makanan yang bergizi, rendah lemak dan lezat seperti miso, rumput laut dan tahu juga banyak digunakan untuk membuat bento yang dihias indah.
Di samping menjamin kebutuhan gizi anak selama sekolah, bento menjadi sarana yang mempererat hubungan ibu dan anak. Baik ibu maupun anak dapat mencurahkan perasaannya lewat sekotak bento.
Buat si anak, bento cantik kreasi ibu membuat makan siang jadi lebih seru. Setiap hari anak jadi berdebar-debar sebelum membuka tutup kotak makan mengantisipasi rupa bento yang disiapkan ibu hari itu. Ketika pulang, ibu juga bahagia karena anak menghabiskan bento yang susah payah disiapkan di pagi hari.
Dalam iklan perusahaan Tokyo Gas yang dirilis pada 2011, secara jelas digambarkan bento menjadi sarana komunikasi antara ibu dan anak lelaki yang jarang bicara selama tiga tahun masa SMA. Ibu merayakan ulang tahun anaknya dengan bentuk kue ulang tahun dari telur orak arik dan susis yang disusun di atas nasi dalam kotak bento. Di lain waktu ibu memberikan semangat lewat bento ketika ulangan anak jelek. Kali lain, bento hanya berisi fillet ikan di atas nasi dengan caption, Gomen! Neboshita (Maaf, kesiangan).
Si anak digambarkan tidak pernah secara langsung mengucapkan terima kasih pada ibu. Kotak bento yang kosong saat pulang sekolah menyiratkan apresiasi si anak terhadap jerih payah ibu menghadirkan menu bento dengan kreativitas tak ada batasnya.***