Berwisata Tanpa Menyentuh
Sentuhan tentunya akan melengkapi sensasi keindahan yang sedang kita lihat. Tetapi tak semua benda perlu disentuh.
Gunung Vesuvius terlihat dari reruntuhan kota Pompei.
Kastil Nijo di Kyoto adalah salah satu tempat bersejarah favorit saya. Dibangung pada 1603, di koridor tempat kediaman Shogun Tokugawa ketika berkunjung ke Kyoto ini ada alarm tradisional berupa lantai burung murai.
Lantai ini selalu berbunyi ketika ada yang melangkah. Mungkin hanya ninja berilmu sangat tinggi yang bisa melintasinya tanpa berbunyi untuk bisa menyelinap ke ruangan tempat shogun berada.
Selain itu, kastil warisan dunia UNESCO pada 1994 ini sangat mewah. Ruang bagian dalam tempat shogun tinggal ini dihias habis-habisan oleh seniman terkemuka pada jamannya. Tak hanya langit-langit, pintu dorong di dalamnya pun dilukis demikian indah.
Demi kelestarian seni dari jaman feodal itu, pengunjung kastil ini sama sekali dilarang memotret. Pasalnya, kilatan kamera dikhawatirkan akan membuat lukisan itu pudar.
Tentu saja satu kilatan kamera tidak akan memudarkannya. Tetapi jutaan kilatan kamera dari jutaan orang turis yang mengunjunginya setiap tahun sudah pasti akan membuatnya pudar seperti gambar yang dibiarkan terpapar sinar matahari terus menerus.
Tak hanya cahaya yang menghancurkan benda bersejarah, sentuhan pun sejatinya menghancurkannya secara perlahan. “Bayangkan jika sebuah obyek bersejarah disentuh jutaan orang setiap tahun, lama-kelamaan gesekan sentuhan itu bisa membuatnya aus,” ujar teman saya yang kuliah di jurusan Arkeologi.
Idealnya, candi itu tidak disentuh, apalagi diinjak.
Mungkin itu sebabnya di banyak tempat bersejarah di seluruh dunia, banyak bagian yang sama sekali disentuh. Ada pagar pembatas dan mungkin petugas keamanan untuk memastikan tak ada yang melanggar aturan dilarang menyentuh.
Pecinta sejarah memang jadi sering jengkel ketika benda-benda sejarah disentuh sembarangan. Ketika berkunjung ke Pompei, seorang yang tampaknya guru sejarah SMA asal Amerika Serikat mencak-mencak ketika melihat beberapa turis berpose keseimbangan di atas tiang pendek di dekat patung Venus.
“Ya Tuhan, Anda tidak tahu bahwa situs ini usianya 2000 tahun? Anda tidak sadar merusak situs ribuan tahun!” teriak guru yang sedang memandu para siswanya karyawisata di Italia itu..
Pompei memang istimewa. Di kota kuno dari abad ke-1 ini kita bisa melihat kehidupan sebuah kota Romawi pada abad pertama. Kota kuno ini terkubur abu letusan gunung Vesuvius selama berabad-abad. Di situ kita seperti masuk ke lorong waktu kembali masa lampau. Turis bisa berjalan-jalan di jalanan kota menyaksikan reruntuhan rumah-rumah orang kaya, orang kebanyakan, tempat pemandian, toko roti, rumah bordil dan koloseum.
Bahkan sisa jenazah orang yang meninggal karena letusan gunung berapi itu pun bisa direkonstruksi. Ekspresi wajahnya ketika meninggal pun bisa terlihat. Sisa jenazah dan perabotan sehari-sehari seperti tempayan anggur bisa dilihat turis namun disimpan dalam tempat terkunci.
Menyentuh boleh dikatakan merupakan salah satu elemen penting dalam interaksi manusia dengan sekitarnya. Dengan menyentuh indera kita mungkin bisa merasakan sensasi sebuah benda, apalagi benda berharga berusia ratusan tahun. Ini jadi dilema buat museum. Menyajikan sesuatu yang interaktif dan bisa disentuh pengunjung adalah baik. Risikonya, barang yang dipamerkan bisa rusak.
Tak sekedar menyentuh, bertingkah sembrono dengan benda bersejarah berisiko membuat kita tercatat secara buruk dalam sejarah. Seperti misalnya turis yang merusak patung Dom Sebastiao di Lisabon. Patung aikon Portugal ini hancur berantakan ketika ada turis yang memanjat hanya demi mendapatkan selfie yang lebih keren. Kemudian ada turis dari Brazil yang menjatuhkan patung malaikat pelindung Michael berusia 300 tahun di Portugal.
Bukan hanya di museum, mungkin sudah waktunya untuk membiasakan diri tak sembarangan menyentuh benda-benda di sekitar kita meskipun terlihat menarik. Terlebih lagi di masa pandemi ini. Bisa saja benda-benda menarik di museum itu mengandung virus, jamur atau bakteri yang merugikan kesehatan kita.***