Belajar Mengantre dari Jepang Saat Pandemi
Berdiri dalam barisan secara benar dan teratur sangat penting di masa pandemi Covid-19 ini. Mungkin, ada baiknya semua orang belajar pula tentang "budaya antre" dari Negeri Sakura.
Budaya Jepang yang dikagumi di banyak tempat di dunia adalah mengantre. Masyarakat negara kepulauan itu terbiasa berdiri dalam barisan dengan sabar, sekalipun harus berada di belakang ratusan orang.
Salah satu fenomena mengantre di Jepang yang menarik perhatian luas biasa terjadi dalam acara tahunan konvensi buku komik “Comiket” yang kerap dihadiri lebih dari 500.000 orang. Mereka rela mengantre hingga meliuk-liuk panjangnya untuk menunggu giliran.
Bahkan ketika terjadi bencana tsunami dahsyat pada 2011, mereka juga dengan tertib dalam menerima bantuan. Tak ada yang menyela karena ingin dulu-duluan menerima paket.
Keteraturan soal mengantre adalah bagian dari pelajaran tentang disiplin. Butuh proses yang panjang untuk menanamkan kedisiplinan pada seseorang sampai terbentuk pola tertentu dalam dirinya. Karena itu, kebiasaan menunggu giliran selalu diajarkan di sekolah-sekolah Jepang sejak taman kanak-kanak. Pelan-pelan para pelajar mendapat pelajaran soal berdiri dalam barisan dengan teratur
Hal ini juga terjadi saat mengadakan pertunjukkan kelompok, anak-anak diminta melihat dan mendengarkan teman lain yang tampil di panggung. Tidak boleh ribut atau mengobrol, tetapi harus menyaksikan kegiatan yang berlangsung sambil menunggu kesempatan tampil. Meski mungkin “bete” menunggu, mereka wajib melakukannya sampai giliran hadir di panggung tiba.
Anak-anak pun pada akhirnya terbiasa disiplin menanti giliran hingga dewasa.
Kapan atau dalam kesempatan apa masyarakat Jepang mengantre? Hal itu sejatinya dilakukaan di banyak tempat. Di antaranya, saat ingin naik bus atau kereta, akan meyeberang jalan, berada di depan kasir, atau bahkan saat ingin ke toilet umum.
Contoh lain adalah ketika akan menaiki lift. Di Jepang, masuk lift harus sesuai saat kedatangan dan orang sadar dengan sendirinya jika bukan yang lebih dahulu tiba, maka tidak akan tiba-tiba “beradu cepat” untuk masuk lift saat begitu pintu mulai terbuka.
Menyerobot merupakan tindakan tidak terpuji di Jepang, bahkan sangat memalukan. Jadi, kecil kemungkinan orang Jepang melakukan hal tersebut. Karena itu, jika tidak ingin berada dalam barisan terlalu lama, mereka bakal sadar diri untuk datang lebih awal dari orang lain.
Selain itu, masyarakat Jepang juga sepenuhnya memaklumi bahwa ketika mereka mengantre dengan tertib, maka pelayanan juga akan bisa disegerakan. Jika mereka berebut maka yang muncul justru kekacauan dan akhirnya pelayanan tak bisa diberikan dengan cepat.
Kebiasaan tak saling berebut di Jepang berlangsung dalam berbagai situasi. Contoh yang umum terjadi adalah saat ingin menyeberang jalan, menunggu lampu merah. Mereka akan dengan takzim berdiri membentuk barisan sesuai kedatangan.
Saat lampu merah menyala, mereka yang terdepan akan mendapat kesempatan menyeberang terlebih dahulu.
Begitu pula di acara-acara besar internasional. Wartawan peliput, misalnya, tidak bakal boleh mengambil gambar sembarangan. Mereka akan diatur sesuai waktu yang tepat guna memfoto.
Di masa pandemi Covid-19 ini, mungkin “warga +62” juga bisa belajar cara mengantre yang baik. Apalagi selama ini, kebanyakan orang seolah belum sadar akan pentingnya kegiatan menunggu giliran tanpa “heboh.”
Tentang hal ini, Dewi Kartini (48), seorang ibu rumahtangga yang sehari-hari membeli kebutuhan di supermarket juga sempat berkeluh kesah. Ia menyatakan dengan kesal, “Waktu antre di kasir, saya sudah menjaga jarak sekitar satu meter di belakang orang. Eh, tiba-tiba ada ibu-ibu masuk ke tengah ruang yang kosong tersebut.”
Dewi menyayangkan kejadian seperti ini, karena semula ia ingin menjaga jarak di tengah pandemi Covid-19 ini. Namun, yang terjadi justru desakan sehingga protokol kesehatan seolah diabaikan.
Hal serupa juga dialami Fenty (35). Saat itu, ia sudah mengantre di depan mesin ATM dengan tepat sesuai anjuran agar Covid-19 tak mudah menyebar. Namun tiba-tiba ia merasa orang di belakangnya semakin mendekat ke arahnya. “Akhirnya saya pura-pura saja terbatuk-batuk kecil. Orang di belakang saya langsung mundur selangkah,” ungkap Fenty.
Fenty berharap, masyarakat mengerti tentang hal-hal seperti ini, karena di masa pandemi, berdiri dalam jarak aman secara teratur bisa mengurangi risiko penularan.
Jika memang terpaksa harus pergi ke suatu tempat yang harus mengantre, pastikan kondisi badan sehat, konsumsi vitamin dan berkumur dengan obat kumur sebelum berangkat menuju lokasi
Selain itu, sebaiknya gunakan masker yang benar-benar aman dan pelindung tambahan seperti face shield. Selalu bawa hand sanitizer untuk membersihkan tangan jika terlalu banyak menyentuh benda-benda yang digunakan publik
Pastikan minum secukupnya, sehingga jangan sampai di tengah antrean terpaksa membuka masker hanya untuk minum. Pastikan untuk selalu berada dalam barisan secara semestinya dan tak banyak mengobrol dengan orang lain. ***